Eid Mubarak, selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin...
Hari raya yang penuh suka cita telah kita rayakan bersama kemarin. Sudahkah anda silaturahim ketempat sanak saudara? bagaimana rasanya?
Ini pengalaman lebaran pertama saya di kampung istri, di dukuh Bakalan kecamatan Ceper kabupaten klaten-jawa tengah dan pengalaman kedua lebaran di kampung orang (pertama kali terjadi saat masih kuliah di jogja). Pada malam sebelum lebaran, tradisi takbiran keliling kampung masih ada, mashaallah, anak-anak kecil hingga dewasa berjalan bersama-sama mengumandangkan takbir sambil membawa obor. Terasa seperti di film-film(hehe). Tidak banyak daerah/kota yang masih mempunyai tradisi seperti itu. Entah sampai jam berapa mereka keliling takbiran seperti itu, kalau kata istri saya yang pernah mengalami masa-masa seperti itu, takbir keliling tersebut dilakukan hingga tengah malam jam 12.
Akhirnya, pagi datang, dan sholat ied dilaksanakan dan memohon maaf kepada sesama anggota keluarga, setelah itu silaturahim ke tetangga yang lebih tua. Karena saya orang kendari-sulawesi tenggara, dan saya tidak paham sama sekali bahasa jawa kromo (jawa halus) jadinya saya mengucapkan dengan bahasa indonesia saja, lalu dijawab sama orang yang lebih tua(sesepuh) kadang menggunakan bahasa indonesia tetapi lebih sering bahasa jawa kromo, kalau sudah menggunakan jawa kromo saya hanya menjawab "ya....ya..hmm..nggih(campur jawa dikit)..nggih..amiinn(padahal gak ngerti ngomong apa)..aminn..makasih..cium tangan..kabur..."
Hahaaha..Luar biasa...
Pernah istri saya memberitahukan saya, cara mengucapkan "mohon maaf lahir batin" dalam bahasa jawa halus, tetapi saya tidak ingat sama sekali, penggalan katanya seperti ini "ngaturaken sugeng riyadi...bla..bla..pangapunten..." sudah cuma itu saja..yahh, itu saja yang saya ingat..
Setelah selesai silaturahim ke tetangga-tetangga, saatnya silaturahim dengan keluarga bapak mertua saya di jogjakarta. Kawan, sekedar informasi saja, keluarga/saudara bapak mertua saya sering disebut dengan keluarga PANCASILA, karena berbagai macam agama di dalamnya, kakak maupun adik beliau ada yang beragama hindu dan juga katolik, namun, alhamdulillah mereka semua toleransi, ikut merayakan ied mubarak ini dengan suka cita.
Jogjakarta tidak seperti dulu saat pertama saya menginjakkan kaki disana di tahun 2004, jogja sekarang padat merayap, kecuali pada saat lebaran seperti ini. Walaupun agak lenggang namun masih banyak juga mobil atau kendaraan yang lalulalang. Jogja itu, yang bikin padat adalah pendatang/mahasiswa yang sedang studi disana, buktinya, dengan tidak begitu padatnya, beda dengan hari biasa yang macet.