Apa yang terjadi di saat ini merupakan cerminan kita sebagai masyarakat Indonesia. Sepertinya sudah hilang kepercayaan kita terhadap pemerintah. Di Jakarta semua rusuh dengan kelakuan anggotanya masing-masing dan masih banyak kasus-kasus lagi yang merendahkan pemerintah pusat karena sistem yang liberalism pemerintah. Maaf saja, saya mungkin tidak tau apa itu politik, saya hanya pernah mendengar kata teman saya waktu masih kuliah dulu “ ikut politik apa di politikin lu pul…” nah itu.. politik oh politik. Jangankan di pusat Indonesia sana, di daerah saya saja juga seperti itu. Krisis kepercayaan kepada pemerintah saya suddah memuncak. Saya kemarin baca Koran Kendari Pos (8 juli 2011) ada 3 putra daerah Sulawesi tenggara bergabung untuk saling memberi dukungan pada saat pemilihan kepala daerah nanti.(pemilihan kepala daerah saja saya tidak mengerti kapan J) untuk melawat gubernur terpilih saat ini (Nur Alam). Dan Koran pagi ini 9 juli 2011 headline nya tentang Nur Alam menjawab “pengeroyokan” yang akan dilakukan oleh ketiga orang tersebut. Bapak-bapak putra daerah yang merencanakan pengeroyokan itu adalah Laode Ida, Ali Mazi, dan Ridwan Bae.
Sungguh ironi memang, aturannya mereka bergabung untuk satu tujuan dulu lah, apa lagi masa jabatan gubernur sekarang belum habis. Seharusnya bapak-bapak itu memberikan dukungan moril untuk gubernur agar berbuat lebih baik lagi sebelum masa jabatannya habis. Tapi apa yang dilakukan oleh ketiga orang pengusung partai golkar ini sungguh diluar apa yang seharusnya dilakukan orang-orang terdidik dan professional. Maaf sebelumnya, terdidik disini maksudnya bukan saya menyatakan bapak-bapak ini tidak sekolah, tapi seharusnya yang dilakukan calon pemimpin itu adalah memberi contoh yang baik kepada masyarakat bahwa saling membantu untuk kemajuan bersama adalah lebih penting begitupula maksud professional diatas adalah berhubungan dengan saling mendukung untuk kemajuan daerah bersama. Memang begitu gampang ketika mengingat keburukan seseorang dan bukan mengingat kebaikannya. Hal ini yang menyebabkan kita gampang menyudutkan seseorang. Saya bukan membela satu orang disini, akan tetapi apa yang terjadi dalam masyarakat Indonesia pada umumnya. Sudah banyak tawuran disana sini, kerusuhan dikampus-kampus (apa lagi di bagian Indonesia timur) apa lagi yang bisa di banggakan sama masyarakat kita ini. Sungguh ironis memang bangsa kita saat ini. Sungguh banyak kritik di dalam otak ini saya sebenarnya. Tapi sudahlah, biarlah didalam hati saya dulu. Semoga suatu saat nanti saya menjadi bagian dalam sejarah kota kendari walaupun hanya di belakang layar. Tidak perlu diingat oleh orang banyak, cukup bagiku Allah.
Buat bapak gubernur Nur Alam, sesungguhnya ketika anda menjabat sebagai kepala daerah kami di kendari ini anda mungkin di beri ujian nikmat oleh Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT dengan terbukanya begitu banyak potensi alam di kendari. Saya mohon kepada bapak tetap semangat dalam menjalankan tugas anda sebagai gubernur. Siapapun pengganti anda selanjutnya semoga lebiih baik dari apa yang bapak lakukan untuk daerah kita tercinta ini. Saya harap juga bapak mengganti nama masjid yang akan bapak bangun di teluk kendari dengan nama lain. Jangan ada unsur nama bapak didalamnya, agar ketika bapak tidak terpilih lagi untuk menjabat periode berikutnya masjid itu tidak berhenti di kerjakan. Jika bapak terpilih lagi seyogyanya bapak juga menggantinya dengan nama yang berhubungan dengan budaya kendari atau mungkin sekedar contoh “masjid al-kendari”. Sebagai seorang masyarakat yang taat kepada ulil amrinya saya mendoakan bapak selalu dalam hidayah dan jalan yang lurus serta di berikan kemudahan urusan dunia dan akhirat. “ Ya Allah, janganlah Engkau simpan dunia di hati pemimpin kami, simpan lah dunia di tangan pemimpin kami ya Allah. Amin”