PIKUN
Entah bagaimana seorang profesor cerdas dapat menikahi seorang gadis cantik namun pelupa. Suatu hari, ketika mereka sendang menikmati malam yang tenang dirumah, tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu.
“Astaaga,” teriak sang istri, “itu pasti suami saya.”
Dan profesor pikun pun langsung melompat keluar jendela.
GURU TK
“Anak-anak, hari ini kita akan bermain tebak-tebakan. Ibu akan memegang sebuah benda dibelakang tubuh ibu, dan kalian harus menebaknya sesuai dengan gambaran yang ibu berikan,” terang guru di depan kelas.
“sekarang ibu sedang memegang benda berbentuk bulat. Siapa yang tau? angkat tangan!”
“saya bu guru. Ibu pasti sedang memegang buah apel ?!” teriak seorang anak.
“sebenarnya ibu sedang memegang buah ceri. Tapi tak apa. paling tidak ibu jadi tau apa yang sedang engkau pikirkan.”
“ibu guru, sekarang bolehkah saya yang bertanya dan ibu yang menerka?” Tanya anak itu lagi.
“tentu saja boleh, sayang”
Anak itu lalu maju didepan kelas lalu membelakangi gurunya dan berkata. “saya sedang memegang benda yang lonjong, panjangnya 5cm, dan dibagian bawahnya berwarna merah…”
“hentikan itu, nak!!” teriak si ibu guru
“yang saya pegang ini sebatang korek api,” jawab anak itu kalem.
“tapi paling tidak saya tau apa yang ibu pikirkan.”
DEBAT MAHASISWA
Perdebatan seru terjadi dikelas filsafat, membahas apakah Tuhan itu ada atau tidak. Professor mengajak para mahasiswa berpikir dengan logika:
“adakah diantara kalian yang pernah mendengar Tuhan?” Tak ada yang menjawab
“adakah diantara kalian yang pernah melihat Tuhan?” lagi-lagi tak ada jawban
“atau adakah diantara kalian yang pernah menyentuhNya” masih tak ada jawaban
“kalau gitu Tuhan itu tidak ada.”
Seorang mahasiswa yang religius mengacungkan tangannya dan meminta ijin untuk bicara.
“adakah diantara kalian yang pernah mendengar otak profesor?” hening
“adakah diantara kalian yang pernah melihat otak profesor?” hening bercampur galau
“atau adakah diantara kalian yang pernah menyentuh otak profesor” sang professor terlihat galau
Karena tak ada yang menjawab maka mahasiswa itu kemudian menyimpulkan, “Kalau begitu, professor memang tak punya otak”